Soundtrack Film : Nerve (2016)
Berikut list Soundtrack Film : Nerve (2016) :
- Basenji - Can't Get Enough
- MØ - Kamikaze
- The Wagner College Seahawk Marching Band - Percussion Music For Film
- Jess Kent - Get Down
- Sweetmates - I Don't Dream
- Melanie Martinez - Soap
- Crystal Stilts - Darken The Door
- The Skyliners - Since I Don't Have You
- BØRNS - Electric Love
- Jerry Williams - Baby Bunny Sugar Honney
- Lowel ft. Icona Pop - Ride
- Benny Mardones - Into The Night
- Diplomats Of Solid Sound - Give One More Chance
- Halsey - Hurricane (Arty Remix)
- Pyramid Vritra ft. Pryramid Quince - Black Belts
- Darke Complex - Invertebrate
- Family Portrait - Mega Secret
- Valention Khan - Deep Down Low (VIP Remix)
- Bro Safari - Bender
- Tei Shi - Basically
- Holy Ghost!! - Okay
- Alex Winston - Head Down Low
- Grandtheft - Give Me More
- Blood Orange - Forget It
- Holy Ghost!! - Crime Cutz
- Johann Johannson - The Sun's Gone Dim And The Sky's Turned Black (Nerve Remix)
- Jungle - Lucky I Got What I Want
Review Film : Finding Dory (2016)
Sutradara : Andrew Stanton
Penulis Skenario : Victoria Strouse, Andrew Stanton, Bob Peterson
Produser : Lindsey Collins
Genre : Animation, Adventure, Comedy, Family
Produksi : Walt Disney
Review Film : Finding Dory (2016) - Finding Dory sekuel dari Finding Nemo (2003) yang berjarak
13 tahun lamanya. Setelah 13 tahun berlalu para penonton Finding Nemo yang
telah tumbuh dewasa diajak untuk menonton kelanjutan kisah petualangan seekor
ikan badut dan seekor ikan biru atau bahasa inggrisnya adalah Blue Tang. Sang
sutradara kali ini memindahkan tokoh utama kepada Dory (Ellen
DeGeneres) seekor
ikan blue tang yang mengidap penyakit ingatan jangka pendek. Berbeda dengan
Finding Nemo yang fokus menceritakan petualangan Marlin (Albert Brooks) dan
Dory yang mencari Nemo (Hayden Rolance) kali ini seolah cerita dibalik menjadi
Dory, Marlin, dan Nemo mencari orang tua Dory. Film animasi memang selalu
banyak memiliki pesan moral karena sasaran penontonnya adalah anak-anak namun
bukan hanya pesan moral yang disampaikan tetapi juga pengetahuan tentang
hewan-hewan laut seperti migrasi ikan pari, ekolokasi, tentakel gurita, dan
masih banyak lagi.
Cerita di Finding Dory dimulai 1 tahun setelah kejadian pada
film Finding Nemo. Animasi yang ditampilkan
sangat jauh lebih baik dari Finding Nemo, sangat jelas karena teknologi Animasi
semakin dikembangkan. Berbeda dengan Finding Nemo yang berfokus dengan latar
lautan atau samudra kali ini justru lebih banyak di daratan lebih tepatnya di
Morro Bay California Marine Life Institute sebuah rumah sakit hewan dan seperti
kebun binatang laut. Ini menjadi tantangan kepada Nemo, Marlin dan Dory untuk
bagaimana cara berpindah-pindah tempat tetapi untungnya sutradara Andrew
Stanton punya ide yang bisa diterima dengan logika bagaimana Nemo, Marlin dan
Dory berpindah tempat di daratan.
Suasana ketegangan tidak terlalu terasa di film ini
mengingat Finding Nemo punya suasana ketegangan bawah laut yang khas mulai dari
berurusan dengan hiu sampai hampir dilahap seekor paus dan bahkan Finding Nemo
punya adegan drama ‘mengenaskan’ seperti istri dan telur-telur marlin yang mati
atau nemo anak yang siripnya cacat berbeda dengan finding Dory yang lebih
cenderung ke adegan ‘haru’ memperlihatkan bagaimana pertemuan anak dan orang
tua yang telah lama berpisah.
Dory seekor ikan blue tang yang mengidap penyakit ingatan
jangka pendek walaupun begitu ketika di film Finding Nemo penyakit Dory
tersebut justru menimbulkan gelak tawa kepada penonton walaupun penyakitnya
terkadang menjengkelkan Marlin, dan kali ini mungkin bisa dibilang lebih parah.
Penyakit Dory menjadi ketakutan bagi Dory sendiri. Dory terkadang putus asa
ketika disuruh mengingat sesuatu namun sifat Dory yang ceria dan pantang
menyerah membuat ingatannya perlahan kembali dan bisa lebih banyak mengingat
sesuatu.
Jika kalian sudah menonton Trailernya terdapat karakter
sampingan yang menarik perhatian saya yaitu Hank, seekor gurita pintar yang
membantu Dory mencari kedua orang tuanya demi mendapatkan label yang dimiliki
Dory. Seperti pada umumnya gurita adalah salah satu binatang yang pintar juga
bisa melakukan mimikri dan karakter Hank sangat bisa mewakili sifat gurita.
Walaupun pintar Hank memiliki sifat Tempramental. Hank pada awalnya terlihat
seperti terpaksa membantu Dory dan tidak suka terhadap penyakit Dory namun pada
akhirnya Hank membantu Dory dengan tulus.
Jadi Finding Dory adalah sebuah kisah drama animasi keluarga
bagaimana seorang anak yang merindukan keluarganya. Film ini ditujukan kepada
anak-anak namun juga kepada anak-anak ditahun 2003 yang telah beranjak dewasa.
Bersama pesan moral yang dibawa sang sutradara untuk orang tua dan anak-anak.
Film ini bukan hanya film yang menarik tapi juga menjadi film yang bermakna.
Review Film : Doctor Strange (2016)
Sutradara : Scott Derrickson
Penulis Skenario : Jon Spaihts, Scott Derrickson, C. Robert Cargill
Produser : Kevin Peige
Genre : Action, Adventure, Fantasy
Produksi : Walt Disney
Review Film : Doctor Strange (2016) - Doctor Strange sebuah film adaptasi komik Marvel yang tetapi
khusus untuk film ini sangat berneda dari seri Marvel yang diangkat ke layar
kaca sebelumnya. Doctor Strange menceritakan tentang dunia sihir, namun tidak
seperti Harry Potter yang menggunakan tongkat dan mengucapkan mantra, film
Doctor Strange memiliki dunia sihir yang dibuat original oleh Marvel. Dapat
dibilang secara singkat Doctor Strange adalah seorang dokter yang menjadi
penyihir, ya seperti itulah kisah film Doctor Strange.
Sungguh luar biasa sutradara Scott Derickson menyajikan film
Fantasy-Action dengan CGI modern yang indah sehingga mengingatkan saya dengan
film Inception (2010). Dengan animasi modern yang dapat melipat sebuah kota
atau memutar sebuah ruangan dan portal teleportasi layaknya Doraemon dalam
bentuk CGI ditambah aksi Dr. Stephen Strange (Benedict Cumberbatch) dengan
jubah terbang atau bahasa kerennya Cloak of Levitation membuat film ini menjadi
tontonnan wajib para Fans Marvel di tahun 2016. Selain efek CGi film ini mengandung
pesan moral tentang si tokoh utama bagaimana perjalanan karir seorang dokter
angkuh yang ujung-ujungnya menjadi penyihir.
Seperti yang saya bilang tadi Doctor Strange berbeda dari
seri Marvel lainnya yang lebih menunjukan aksi fisik dan pada film ini
mempertunjukan aksi ilmu sihir seperti Time Loop, Teleportasi, Astral
Projection dan ilusi-ilusi ala penyihir marvel walaupun ada beberapa aksi
dengan fisik. Dan yang menjadi nilai plus adalah adegan-adegan komedi yang
berjalan secara ‘natural’ atau saya menyebutnya komedi serius. Walaupun ada
sedikit yang kurang tentang penjelasan merusak hukum alam yang dijelaskan oleh
Baron Mordo (Chiwetel Ejiofor) dan ending juga sedikit gantung karena diakhir
film memang aka nada sekuelnya.
Benedict Cumberbatch aktor kelahiran London, 19 Juli 1976
ini yang terkenal di series Sherlock Holmes dan film The Imitation Game (2014)
kali ini berperan sebagai Dr. Stephen Strange. Akting Benedict sungguh sangat
mendalami bagaimana awalnya seorang dokter ahli bedah yang angkuh akan bakatnya
lalu bertransformasi untuk membijakan pikirannya dan menjadi master sihir.
Selain Benedict pemeran yang juga berperan penting adalah Tilda Swinton, Tilda
disini berperan menjadi Ancient One.
Apabila di film Narnia Tilda menjadi seorang Antagonis di film ini sangat
berbanding terbalik. Walaupun dengan kepala pelontos Tilda sangat baik
memerankan karakter yang bijak dan menjadi teladan bagi para penyihir
Kamar-Taj.
Untuk penggemar film supehero, Doctor Strange film yang
wajib kalian tonton. Film ini menjadi warna baru bagi Marvel Cinematic Universe
dan bahkan menurut saya Doctor Strange lebih menarik ketimbang Captain America
: Civil War (2016). Dan terdapat pesan penting di film ini, initinya kita tidak
boleh tinggi hati atau sombong dan tidak boleh menggunakan ponsel saat
berkendara.
Review Film : Zootopia (2016)
Sutradara : Byron Howard, Rich Moore
Penulis Skenario : Jared Bush, Phil Johnston
Produser : Clark Spencer
Genre : Adventure, Animation, Comedy
Produksi : Walt Disney
Review Film : Zootopia
Review Film : Zootopia (2016) - Zootopia sebuah animasi garapan Walt Disney yang sangat
berhasil memproduksi film bertemakan hewan berbicara layaknya manusia.
Bagaimana tidak berhasil Zootopia mendapatkan $1,023,784,195. Film ini memang layak mendapatkan kategori SU karena memiliki
banyak pesan moral yang disampaikan tetapi film ini seolah masalah diskriminasi
dalam sudut pandang hewan lebih tepatnya antara hewan karnivora dan herbivora
yang seolah membahas tentang putusnya rantai makanan.
Cerita difokuskan kepada Judy Hopps (Ginnifer Goodwin) yang
bercita-cita ingin menjadi seorang polisi namun sangat diragukan oleh orang
tuanya karena Judy hanya seekor kelinci. Selama menonton film ini cukup banyak
emosi yang saya rasakan, dengan bumbu Komedi, Misteri, sedikit sentuhan
Romance, dan bahkan Action pun cukup terasa saat menonton film ini. Disusun
dengan plot yang rapi bagaimana seorang polisi yang merantau ke ibu kota
Zootopia sampai ke plot Twist di ending film ini sungguh seru untuk di tonton.
Tokoh Judy Hopps sungguh tokoh utama yang menginspirasi
karena sifat pantang menyerah sangat tersirat di tokoh Judy. Seorang polisi
yang tidak puas ditugaskan sebagai tukang parker Judy nekad mempertaruhkan
karir kepolisiannya untuk memecahkan kasus berbahaya. Judy juga ditemani
seorang rubah bernama Nick Wilde(Jason Bateman) seorang yang mencari uang
dengan cara menipu, walaupun begitu Nick memiliki masa lalu yang kelam
bagaimana diskriminasi menimpa dirinya ketika kecil. Dan juga tokoh Flash
(Raymond S. Persi) seekor kukang yang menarik perhatian penonton karena sifat
lambatnya.
Jadi film Zootopia ini wajib ditonton semua kalangan sebab
tidak ada adegan dewasa sama sekali. Dan sangat banyak pesan moral yang
disampaikan namun terfokus kepada diskriminasi seolah secara tidak langsung
film ini berkata SEMUA RAS HARUS HIDUP BERDAMPINGAN. Mengingat kehidupan
didunia nyata saat ini masih diskriminasi antar ras seperti kulit hitam dan
kulit putih atau ras Cina dan pribumi.
Review Film : Assassin's Creed (2016)
Sutradara : Justin Kurzel
Penulis Skenario : Michael Lesslie, Adam Cooper, Bill College
Produser : Jean-Julien Baronnet
Genre : Adventure, Action, Drama
Produksi : 20th Century Fox
Review Film : Assassin's Creed
Review Film : Assassin's Creed (2016) - Assassin's Creed, film adaptasi game yang dibuat oleh
Ubisoft kali ini memberanikan diri untuk membuat filmnya. Apabila di game
menceritakan Desmond Miles di film ini menceritakan Callum Lynch (Michael
Fassnbender). Mungkin supaya agak berbeda dari cerita di game sutradara Justin
Kurzel mengambil sudut pandang berbeda. Tetapi film ini sangat jauh dari
ekspektasi saya yang juga memainkan gamenya.
Seri game dan film Assassin's Creed menceritakan tentang
mereka yaitu Assassin dan juga Templar yang berperang selama berabad-abad,
mereka berdua berperang memperebutkan artefak bernama Apple of Eden. Mereka
berdua memperebutkan artefal tersebut dengan tujuan kedamaian.
Pada scene pertama diperlihatkan leluhur Callum Lynch yaitu
Aguilar De Nerha yang bersumpah melindungi kota Granada dari kekuasaan Templar.
Dilanjutkan dengan adegan Callum kecil yang diiringi dengan soundtrack yang
menurut saya kurang cocok untuk film bertema sejarah. Disepanjang film saya
lebih banyak merasa kecewa dan sedikit heran seperti sutradara tidak peduli
dengan unsur dan plot di dalam gamenya.
Yang menarik selama durasi film berlangsung adalah saat
Callum memasuki Animus dan masuk kedalam ingatan leluhurnya lalu melihat aksi
seorang Assassin Aguilar De Nerha dan rekannya Maria lalu mulai dari
menyelamatkan pengeran lalu melarikan diri dari proses eksekusi dan bertarung
memperebutkan Apple of Eden. Disini rasa kekecewaan saya sedikit terobati
karena memang seharusnya seorang Assassin melakukan parkour dan munculnya
senjata kebanggan mereka Hidden Blade lalu bertarung melawan prajurit Templar
dengan latar tempat Spanyol tahun 1492 walaupun disisi lain saya kecewa dengan
bentuk Animus yang sangat aneh dan jauh dari ekspektasi.
Bila di game cerita selalu difokuskan pada sang leluhur,
lain cerita didalam film. Di film ini menampilkan sekitar 60% fokus
menceritakan Callum dan 40% menceritakan tentang Aguilar, sungguh sedikit
mengecewakan karena aksi Aguilar selalu lebih menarik. Kekecewaan berlanjut
ketika adegan adu pedang berlangsung . Memang dari segi aksi film ini punya
aksi yang menjual tetapi sangat jarang saya melihat darah dalam film ini,
padahal aksi cukup brutal diperlihatkan di film ini.
Seorang Michael Fassbender disini memerankan dua karakter
berbeda dari dua zaman yaitu Callum Lynch dan leluhurnya Aguilar De Nerha.
Akting seorang Michael Fassbender tidak perlu diragukan lagi dia memerankan dua
tokoh dengan sangat sempurna hanya saja tidak didukung dengan plot yang baik.
Michael Fassbender memerankan sosok tempramental dan emosional pada saat
menjadi Callum di Abstergo dan sosok seorang Assassin di masa lalu. Selain itu
tokoh yang juga berperan penting yaitu Sophia Rikkin (Marion Cotillard) Dari
segi akting Marion Cotillard cukup mendalami menjadi seorang putri Grandmaster
Templar . Sophia Rikkin seorang ilmuwan yang menciptakan Animus untuk memenuhi
impian ayahnya. Dia lebih terfokus untuk berkarya dalam ilmu Sains dan Sophia
adalah seorang Templar yang berpotensi memihak pada Assassin.
Jadi, film Assassin’s Creed menurut saya sangat mengecewakan
bagi yang belum atau sudah memainkan gamenya. Ubisoft belum berpengalaman dalam
pembuatan film, padahal apabila disusun dengan skrip yang baik dan lebih
memfokuskan cerita pada petualangan Aguilar film ini akan terasa seru untuk
ditonton karena aksi seorang Assassin harus lebih diperlihatkan. Namun yang
diperlihatkan dalam film ini justru perjalanan Callum menjadi Assassin masa
kini yang tidak banyak memperlihatkan aksi seorang Assasin.
Review Film : The Jungle Book (2016)
Sutradara : Jon Favreau
Penulis Skenario : Justin Marks, Rudyard Kipling
Produser : Jon Favreau, Brigham Taylor
Genre : Adventure, Drama, Family
Produksi : Walt Disney
Review Film : The Jungle Book
Review Film : The Jungle Book (2016) - The Jungle Book sebuah film yang penuh efek CGI karya
sutradara Jon Favreau. Film ini menggambarkan betapa berkuasanya manusia
dibumi, hanya dengan red flower (api) semua hutan terbakar akibat manusia, dan
disini Mowgli (Neel Sethi) seorang anak manusia yang dibesarkan oleh kawanan
serigala. Untuk menjaga keutuhan hukum hutan Mowgli meniggalkan kawanannya.
Film ini seperti menggambarkan bahwa manusia itu adalah ‘perusak’.
Film yang bisa dikatakan live-action dari kartun Walt Disney
The Jungle Book (1967) dan karya cerita klasik Rudyard Kipling ini cukup
berhasil menuai rating yang baik di beberapa situs kritik film. Menurut saya
sendiri film ini film yang mudah dicerna dengan bahasan ringan dan bisa
dikategorikan ini film SU. Dengan tampilan animasi modern abad 21, menampilkan
tanah longsor yang begitu realistik, hewan-hewan dengan tampilan begitu detail,
pengisi suara yang pas, dan adegan ketika runtuhnya bangunan yang ditempati
Raja Louie. Tetapi walaupun memang bertemakan untuk SU di film ini terdapat cukup
banyak adegan menegangkan seperti pertarungan hewan buas yang menunjukan cakar
dan taring mereka.
Baca Juga Soundtrack Film : The Jungle Book (2016)
Selain itu yang menarik dalam film ini munculnya se-ekor
ular bernama Kaa yang pengisi suaranya adalah Scarlett Johansson walaupun hanya
sebagai Cameo tetapi cukup memberikan sisi menarik pada film ini. Karakter
menarik lainnya seperti Bagheera (Ben Kingsley)se-ekor macan kumbang dan Baloo
(Bill Murray)se-ekor beruang madu yang ingin menipu Mowgli dengan alasan akan Hibernasi.
Kedua karakter inilah yang menemani Mowgli dalam pengembaraanya. Sepanjang film
penonton dapat melihat bahwa kecerdasan manusia yang diwakili oleh Mowgli dapat
membuat seluruh hewan-hewan respect. Nuansa
sepanjang film penonton dapat merasakan suasana keceriaan bersama hewan-hewan
yang bisa berbicara bahkan mereka pun bisa bernyanyi dan juga suasana tegang di
akhir film.
Secara keseluruhan film ini mengajarkan banyak hal tentang
sulitnya bertahan hidup di alam liar bagaimana yang lemah akan kalah oleh yang
kuat. Diiringi dengan suasana yang ceria ala Walt Disney dan dilator belakangi
hutan india plus kelengkapan teknologi animasi modern film ini menjadi unggulan
pada tahun 2016.
Review Film : Nerve (2016)
Sutradara : Henry Joost, Ariel Schulman
Penulis Skenario : Jessica Sharzer
Produser : Allison Shearmur
Genre : Adventure, Crime, Mystery, Romance
Produksi : Lionsgate
Review Film : Nerve (2016)
Review Film : Nerve (2016) - Nerve sebuah film yang menggambarkan sisi gelap internet.
Nerve merupakan sebuah permainan illegal yang dimainkan oleh segelintir orang,
dalam permainan nerve terdapat 2 kategori yaitu Watcher atau Player. Di film
ini menceritakan Vee atau dengan nama lengkap Venus Delmonico (Emma Roberts)
yang telah berargumen dengan sahabatnya Sydney Sloane (Emily Meade) tentang
permainan Nerve dan akhirnya Vee tertantang untuk memainkannya, dalam film ini
juga Vee membuat team dengan salah satu Top Player di Nerve yaitu Ian (Dave
Franco)
Di sepanjang film kita mengetahui Nerve adalah salah satu
dari bagian dark web. Sekilas permainan Nerve ini seperti aplikasi Live
Streaming di dunia nyata hanya saja Nerve membuat Player yang ditantang oleh
Watcher untuk melakukan hal tertentu dengan iming-iming uang.Tantangan yang
diberikan oleh Watcher bermacam-macam, mulai dari hal memalukan sampai hal yang
berbahaya. Tidak sedikit Player Nerve yang gagal dalam melakukan tantangannya.
Walaupun film ini menjelaskan tentang permainan yang berasal
dari dark web tetapi suasana di film ini tidak ‘dark’. Meskipun latar waktu di
film ini hanya semalam tetapi sutradara Ariel Schulman dan Henry Joost berhasil
menggambarkan prolematika remaja saat ini di internet mengenai social media,
lebih tepatnya kepada remaja yang tergila-gila akan Followers, Like, Views yang
intinya ingin terkenal melalui social media. Dan salah satu yang saya suka di
film ini adalah 3 soundtrack pembuka di film ini, yaitu
-Basenji
– Can’t Get Enough
-MØ – Kamikaze
Dave Franco
sukses dalam memerankan sosok Ian di film ini. Karakter Bad Boys dan menyimpan
misteri ini cukup membuat penonton penasaran tentang siapa dia sebenarnya. Di
film ini Dave Franco tampil dengan kepala botak berbeda ketika Dave bermain di
film Now You See Me 2 (2016) yang lebih terlihat ‘kece’ saat masih memiliki
model rambut, meskipun begitu sosok Ian tidak mengurangi nilai apapun dalam
film ini. Dan si tokoh utama Vee yang diperankan oleh aktris cantik Emma
Roberts juga sukses dalam menggambarkan problematika para remaja. Prolematika
disini tentang masalah pendidikan, persahabatan, dan bahaya internet. Mereka
berdualah yang menghiasi setiap durasi film. Dengan memakai jas dan dress
pembelian Watcher mereka menjadi team yang paling disukai oleh Watcher di
Nerve.
Secara
keseluruhan film ini sangat direkomendasikan untuk para remaja penggila
internet. Terdapat banyak moral yang dapat di ambil di film ini. Dan tentu saja
film ini sangat tidak di rekomendasikan untuk anak-anak karena terdapat adegan
‘telanjang’ walaupun tidak telanjang sepenuhnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)